Sapa suruh jadi manusia setengah DEWA ?


Aloha… hari ini saya kuliah perdana filsafat kedokteran di ruang parasitology FKUI. Nyari kelasnya lumayan SUSAH. Dan yang pasti capek. Mengingat saya parkir di kencana dan itu jawuhhh bok dari bagian parasit.

IMG-20130826-01288

Well, baiklah, markimul (mari kita mulai )…

Untuk segala sesuatunya selalu ada yang pertama. Oleh karena itu, kuliah hari ini meskipun tidak berkesan, Tetap harus dituliskan di dalam blog. Ada beberapa hal yang penting disini. Dan dengan baik hati akan saya rangkumkan. Terserah mau baca atau enggak. ( baca dunk , please! Ampe finish yak!!! Hehehehe….*nyembah- nyembah sambil ngegelayut di kaki kamyuuuu… )

Inilah rangkuman kuliah perdana :

Pertama – tama sifat kebenaran sebuah ilmu pengetahuan hanya sementara. Kalau saat ini benar, besok bisa saja salah. Oleh karena itu, dokter harus belajar terus menerus. Supaya benar terus.

Kedua , ilmu pengetahuan tidak bisa menjawab pertanyaan yang tidak bisa dijawab. Tidak mengerti ?

Kalau begitu cobalah mengerti. Karena dokter dituntut untuk belajar mengenai filsafat. Katany bapak R yang manis, ilmu pengetahuan dan filsafat itu udah kaya temen akrab, soalnya sama – sama mencari kebenaran. Bedanya , Science is what you know. But philosophy is what you don’t know. Karena enggak tahu, makanya dipikir terus.

Masih bingung ?

Yah , cobalah tidak bingung. Gampang kok. Ini cuman puter – puter pernyataan. Setidaknya itu menurut saya.

Okeh, mari kita beranjak ke hal yang lebih esensial lagi.

Ketiga, Bagaimanakah filosofi panas ?

Panas adalah sesuatu yang abstrak, yang dapat dirasakan oleh pancaindra namun tidak dapat dilihat. Maka hampir 70% residen di ruangan ini sibuk kipas – kipas.

Keempat.

Lalu, bagaimanakah filosofi mobil ?

Punya mobil butuh biaya, dan mobil mengakibatkan polusi. Polusi mengakibatkan otak mengeluarkan zat- zat metabolism yang membuat orang agresif. Kesimpulannya: Filosofi mobil ? Mobil membuat orang agresif.

Kelima, tentang sebab.

Sebab itu kalau disederhanakan bisa salah, karena sebenarnya sebab itu tidak sederhana.

*pala mulei puyenk , eye rolling. Tapi saya tahu restoran sederhana yang enak. Dan saya yang hari ini menjalani diet hari pertama bareng sama miss Octopy,mulei keliyengan. Mata berkunang- kunang. Dan pikiran mulai berhalusinasi rendang padang.

Keenam, apakah yang sehat itu selalu bebas penyakit ? Bukankah ada yang disebut Carier  atau pembawa. Jadi sehat belum tentu tidak sakit.

Ketujuh, Carier itu artinya pembawa. Jadi wanita carier adalah pembawa wanita atau penggotong perempuan. Berarti wanita carier seharusnya adalah laki- laki, karena cuman laki – laki yang membawa perempuan.

Nah, sudah mulai bingung? Kecewa ? tidak puas dengan teori saya ? tidak apa – apa. Silahkan mencari jawabannya sendiri. Karena kebenaran hari ini hanya sementara saja sifatnya. Dan anda bisa menentang sebuah teori. Asalkan anda bisa menerangkan teori yang sifatnya abstrak itu.

Kedelapan, Filosofi panas part 2

Jika semua AC sudah menyala dan kami masih kepanasan, artinya yang salah orang nya. Kenapa ? karena orang nya terlalu banyak. Jadi seharusnya hari ini saya nitip absent saja. Tanda tangan saya kan gampang.

Kesembilan, keunikan manusia.

Manusia itu unik. Satu berbeda dengan yang lain nya. Maka saat dikasih satu obat yang sama , efeknya bisa berbeda pada dua orang manusia.

Gampangnya obat itu cocok – cocokan. Jodoh – jodohan. Kalo jodoh pasti ketemu. Gitu kata Afgan. Nah, kalo tiba – tiba jadi alergi, keluar efek samping nya, bahkan enggak sembuh. Itu artinya enggak jodoh. Udah enggak usah dipaksa. Bukan takdirnya.

Lain lagi sama filsafat dan kedokteran. Dulu filsafat diajarin dikuliah kedokteran, terus tiba- tiba dipisahin. Eh, sekarang,ternyata di rasa perlu. Gak bisa tuh kedokteran berdiri sendiri gitu aja, butuh pendampingan dari filsafat. Ahkirnya bersatu lagi. Nah kaya gini, awalnya nyatu, terus pisah, terus nyatu lagi. Ini namanya JODOH. Udah takdirnya, biar berpisah, ahkirnya menyatu juga.

Kesepuluh, Tentang kode etik kedokteran.

Banyak dokter yang mengeluh bahwa profesi dokter terlalu dianak tirikan. Diteror dan dimonitor habis- habisan. Sedikit – sedikit di selidiki. Sedikit -sedikit di tuntut. Seolah masyarakat tidak mengerti bahwa dokter juga manusia. Dokter bisa capek, bisa marah, bisa sedih. Dan lain sebagainya. Dan mau tahu apa jawaban dari pengajar, ketika salah satu residen memberi pernyataan seperti itu?

“Ya, saya tahu dokter juga manusia…JADI, KENAPA masuk kedokteran ? salah sendiri masuk ke kedokteran. “

Impressive!

Mari beri tepuk tangan dan lempar kulit pisang khayalannnn!!!!

Jadi begitulah yang terjadi. Dokter terlanjur dituntut jadi seorang yang sempurna. Yang perhatian penuh, yang care sama pasiennya. Yang tahu segalanya. Yang bisa memecahkan segala masalah.

Dokter selalu dikelilingi masalah, dan dokter diharapkan mencari solusinya secara brilian.

Dokter terlanjur terkenal sebagai orang pintar, orang yang mulia. Dokter itu dianggap sebagai Manusia setengah dewa.

Masyarakat punya expectations yang berlebihan sama dokter. Jadi, saat harapan masyarakat tidak sesuai kenyataan yang ada. Mereka kecewa, marah, kesal, dan sakit hati. Ujung- ujungnya, masyarakat yang tidak puas menuntut dokter.

So, yang sebenarnya dibutuhkan pasien dan masyarakat adalah perhatian. Dokter harusnya care sama pasien. Hubungan dokter pasien harusnya mirip sama hubungan antar suami istri yah. Suami selayaknya memberikan perhatian sama istri. Perhatian tuh cukup sama satu istri, jangan ke yang lain ( ini obrolan ngelantur antara ranger black, yellow and pink. As usual, cewek!)

Balik lagi ke sifat seorang dokter.

Karena sifatnya yang diagung – agungkan dan mulia. Maka, tadi, si pengajar sekali lagi bilang,
Siapa suruh jadi dokter? ada beban moral dan etika yang harus ditanggung. Harus mau berkorban dan sensitive terhadap kebutuhan masyarakat. Kalau enggak bisa, jangan jadi dokter.”

Yah…terima kasih atas jawaban nya. Pastinya banyak gemes sama jawaban dari pengajar. Gemes pengen cubit pipinya. Xixixixi. Tapi apa boleh buat. Memang itu kenyataan nya.

Sapa suruh jadi dokter ? Sapa suruh jadi manusia setengah dewa?